Aku tidak ingin menjadi buta dan tuli. Aku ingin sekali melihat dan mendengarkan siapa dan apa yang ada di hadapanku. Karena untuk mendapatkan inspirasi sebuah tulisan aku butuh melihat dan mendengar. Karena setiap kali aku menulis aku pasti mendengar lagu.
Lagu – lagu sendu itu juga yang selalu memberiku inspirasi
setiap kali aku menulis. Mendengar lagu saat menulis sama halnya dengan hujan
dan susu coklat. Dua kenikmatan yang tidak bisa diungkapkan hanya dengan kata –
kata.
Semalam aku tidur
cepat, tidak bergadang seperti malam – malam lainya. Tidak juga mendengarkan
lagu pengantar tidur yang biasa aku dengarkan. Aku hanya menulis beberapa plot
untuk bagian novel ke - dua ku. Aku
tidak ingin bangun kesiangan besok. Sebab, hari senin adalah hari yang paling
menyebalkan bagiku. Tidak seperti hari sabtu dan minggu. Ingin sekali rasanya memiliki mesin waktu sendiri.
Bisa mempercepat hari – hari yang membosankan atau memperlambat setiap detik
hal –hal yang menyenangkan.
Senin pagi adalah neraka bagi orang sepertiku. Aku harus
bangun pagi – pagi sebelum dikeluarkan lagi dari kelas seperti hari – hari
sebelumnya. Apalagi dosen yang mengajar sangat membosankan dan killer.
Kali ini, pagi terasa tiba begitu cepat. Tidak seperti biasanya. Untuk
pertama kalinya juga aku dibangunkan oleh suara Hp – ku yang berbunyi. Bukan, itu
bukan suara alarm. Itu suara sms.
“Apa kabar, Nothing?”
Begitulah pesan yang tertera di handphone – ku. Nama
pengirimnya pun aku tidak tahu. Sudah lima tahun aku tidak lagi dipanggil
Nothing. Tapi tiba – tiba saja ada orang yang membangunkan aku dengan panggilan
seperti itu. panggilan yang biasa diucapkan oleh orang – orang di masa lalu.Sahabat - sahabat dekatku.
“Siapa?”
Aku mengirimkan sms balasan untuk nomor yang tidak ada di
memory handphone – ku itu. Lima menit berlalu. Belum juga ada balasan. Hingga
akhirnya aku putuskan untuk meninggalkannya dan mandi. Butuh waktu yang tidak lama untuk menyegarkan kembali tubuhku. Setelah aku kembali
ternyata sudah ada satu pesan masuk. dari nomor yang tidak aku kenal tadi.
Pesannya singkat dan membuat aku tersenyum geli melihat dia menambahkan emoticon
mata berkedip.
“Pengagummu dulu”
Aku membangunkan kembali otakku yang masih tertidur.
Setengah tidak sadar dan bertanya – tanya, Pengagumku dulu? Siapa? Sejak kapan
aku memiliki pengagum? Kenapa dia baru muncul sekarang?
“Terima kasih sudah memasukkan namaku diucapan terima kasih
di novelmu”
Belum juga dibalas smsnya sudah masuk lagi. Aku kembali
berpikir. Setahuku, hanya sahabat – sahabat semasa aku SMA yang suka
memanggilku Nothing. Dan nama – nama sahabat semasa SMA cuma ada sepuluh orang
yang aku sebutkan diucapan terima kasih di novel pertamaku. Itu juga empat
wanita dan enam laki - laki.
Aku berpikir keras. Apa mungkin itu, Nisa? Karena nama Nisa yang
kutulis pertama kali di antara sahabat – sahabat lamaku. Tapi bagaimana dengan
Ana? Bukankah selama ini Ana yang selalu bersikap baik dan perhatian kepadaku.
Atau Clara? Seseorang yang pertama kali membaca novelku sebelum terbit. Tapi diantara
mereka aku memiliki pirasat tentang Selly. Sebab kemarin aku baru saja bertemu
dengannya. Ketika kami berjabatan tangan, tangannya sangat erat memegang
tanganku. Pandangan matanya juga tak lepas melirikku. Tatapan matanya seperti
ada sesuatu yang tak tersampaikan. Ia juga sempat bertanya siapa pacarku
sekarang. Tapi aku jawab dengan malu – malu, “Belum bertemu dengan yang pas” kataku singkat.
Begitu banyak pertanyaan yang muncul di pagi buta itu. belum
juga aku masuk kelas tapi sudah ada begitu banyak pertanyaan yang muncul dari
dalam handphone – ku. Aku mencoba untuk mengabaikannya. Mungkin, ada teman yang sedang membuang sms gratisnya, pikirku.
“Selamat pagi, Nothing”
“Semoga hari – harimu menyenangkan”
“Aku rindu sekali denganmu, Nothing”
"Seandainya, dulu kau bisa mengerti"
Begitulah. Beberapa hari ini inbox handphone – ku selalu di
isi oleh pesan singkat dari orang tersebut. Anehnya, ia hanya mengirim sms
setiap pagi. Tidak pernah malam atau siang. Setiap pagi handphone – ku pasti
berisi pesan darinya. Sekedar membangunkan dan memberikan ucapan lembut sebagai
penyemangat menjalani hari – hari. Walaupun selalu aku abaikan
tapi ia tidak pernah lupa untuk mengirimkan sms setiap pagi. Sempat aku
memintanya untuk jujur tentang jati dirinya.
“Sahabat lama yang menyukaimu. Nanti kau juga tahu”
Begitulah, katanya. Aku selalu menebak – nebak. Tapi tidak
pernah menemukan jawaban yang pasti. Aku benar – benar dibuatnya penasaran
sekaligus terganggu. Ingin sekali aku menelponnya duluan, tapi aku tak ingin
dianggap terlalu gampang terpancing. Bukankah, bemain – main dengan orang
dikehidupan masa lalu itu menyenangkan?
Aku ingin tahu seberapa sabar dirinya dengan ketidak
pedulianku. Berhari – hari sms dari dirinya tidak kubalas. Ia juga sering
mengirim gambar – gambar emoticon sedih. Aku hanya tersenyum geli melihat
tingkahnya.
Minggu demi minggu berlalu.Tidak ingin berlarut – larut dengan perasaan satu sama lain.
Akhinya aku putuskan untuk mengajaknya bertemu. Aku ingin membuka hati untuk
pengagumku di masa lalu. Siapa pun wanita itu, aku hanya berharap ia tidak lagi
menyembunyikan perasaannya nanti.
“Hari ini kita bisa bertemu? Kita harus menyelesaikan
semuanya”
Begitulah sms yang kuketik untuknya. Aku ingin melihat
reaksinya setelah membaca tawaranku untuk bertemu. Dengan begitu aku jadi tahu
seberapa serius dirinya. lima menit menunggu tapi handphone- ku tidak juga
berbunyi. Sekali berbunyi itu juga dari operator yang menawarkan untuk jadi
agen pulsa. Aku sangat kecewa. Ternyata dia tidak seserius seperti dalam sms –
nya. Wanita memang seperti itu, selalu meminta laki – laki untuk duluan yang
memulai. Selalu ingin dimengerti dengan kode – kode yang tidak bisa dimengerti. Setelah dimengerti, mereka enggan memberi kepastian.
Setelah lima belas menit menunggu akhirnya ada balasan darinya.
“Oke, Nothing” Katanya singkat dan ia selalu memberi emotion nakal diakhir kalimat yang membuat aku geli sendiri membacanya.
Aku memberikan alamat tempat yang menjadi pertemuan kami
nanti. Sebuah kafe yang sederhana tapi elegan. Ingin sekali mengetahui siapa
yang menjadi secret admirer ku selama ini. Cukup menyenangkan rasanya ketika ia
menerima ajakanku, tidak seperti seorang secret admirer biasanya yang hanya senang melihat dari jauh. Kemudian sedih setelah menggetahui orang yang ia sukai sudah dengan orang lain.
Suasa kafe yang telah kami janjikan sangat ramai. Aku
mengamati satu persatu pengunjung yang sedang asik mengobrol. Tapi wajah Nisa,
Ana, Clara, apalagi sosok Selly yang pada awalnya aku yakini adalah dia ternyata
tak tampak. Yang kudapati hanyalah sebuah meja kosong. Aku berjalan menuju meja
itu. Mungkin dengan duduk aku bisa mengawasi pengunjung yang baru datang dengan
jelas. Dari meja – kemeja aku melayangkan pandangan dengan seksama. Hingga
mataku menangkap sosok yang aku kenal. Ia duduk membelakangiku. Sedang asik
ngobrol dengan seorang wanita.
“Bambang?” kataku sambil memegang pundaknya. Wanita cantik
yang duduk dengannya melirikku sambil tersenyum manis.
“Bobby !” ia tampak terkejut dan tak percaya dengan
pertemuan kami di kafe itu. “ Sama siapa?” katanya sambil melirik – lirik
sekitar ruangan.
“Tidak, lagi menunggu seseorang”
“Pacar?” katanya sambil mengedipkan mata, mengodaku.
“Hanya teman” jawabku malu – malu.
Obrolan kami tidak begitu lama karena Bambang harus
mengantar pacarnya pulang. Tampaknya ia sudah cukup lama di sini. Terlihat dari
puntung rokok yang bertumpuk di dalam asbak. Dua menit berlalu Bambang dan pacarnya sudah tak terlihat lagi.
Aku masih mengamati kedatangan
sosok wanita yang aku tunggu. Sedangkan pengunjung tampak keluar masuk silih
berganti. Aku kembali membuka handphone – ku. Mengetik sms, kemudian
mengirimkannya. Lima belas menit berlalu. Tidak ada juga balasan. Coklat panas
yang kuminum sudah hampir habis. Aku coba untuk menelponnya tapi tidak juga
diangkat. Sepuluh menit lagi, jika dia tak juga menunjukkan batang hidungnya
aku akan pulang dan melupakan semuannya.
“Bobby !” Suara Bambang terdengar jelas di belakangku. Ia
berjalan tergesah – gesah. Menuju tempat aku duduk.
“Ada yang tinggal, Bam?” kataku kaget sambil meminum coklat
panas yang hampir habis.
“Ngak, cuma mau mastiin, kamu masih nunggu di sini..
Nothing” Bambang langsung duduk di sampingku dengan manja.
Gelas coklat panas yang ingin kuminum terlepas dan pecah di
lantai. Mendengar itu, aku ingin buta
dan tuli.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mau komentar?
Boleh.. boleh.. boleh !