3 Apr 2013

Bangku Taman



Ia masih tak tertangkap mata. Sementara di atas kepalaku langit seperti mau pecah. Kepingan – kepingan hujan jatuh menancap di tubuhku yang resah. Tanganku melingkar, memeluk sendiri tubuhku yang basah,meronta – ronta, mengigil dipelukan dingin. di sepanjang jalan yang rentah aku menunggu waktu, menghitung tanpa jeda.

Di taman ini. Sampai hari ini. Aku masih menunggunya.  Dari pekan ke pekan, dari bulan ke bulan, hingga tahun demi tahun  pun terus berjalan berganti masa.

Tak ada yang lebih membosankan daripada menunggu. Sekalipun menunggu orang yang tepat. Aku paham itu.

Yang anehnya, aku selalu membantah.  Aku rela menghabiskan waktu berjam – jam demi membawanya kembali dalam imajinasiku. Merasakan kembali dia ada di sini. Di bawah pohon rindang beserta akar – akarnya yang juga hampir sekarat tak terawat.
Kini malam nyaris sampai kepuncaknya. Hujan belum juga redah, rintik rinainya masih membuncah. Membasahi kepala dan menyebabkan banjir di sekelilingnya. Air yang mengalir di aspal yang gulita seperti danau tinta, mengaburkan mata bagi yang renta.

And I don’t want the world to see me
Cause I don’t think that they’d understand
When everything’s made to be broken
I just want you to know who I am

Lagu yang biasa kami nyanyikan, di sini. Di taman ini. Bersama – sama. Hanya berdua.Tanpa orang ketiga. Disaksikan oleh deretan bangku taman yang indah.
Sesekali ia memintaku untuk mendengarkan ceritanya. Menghabiskan detik demi detikku sebagai pendengar yang baik. Aku menyukainya, karena dia pencerita yang hebat dengan segala masalahnya.
Terkadang ia langsung berhenti bercengkerama ketika aku membuka snack yang kami bawa. Dan kami mulai mengabaikan percakapan – percakapan yang mesra. Mengantikan cerita dengan makanan – makanan yang renyah, serenyah persahabat.

Tapi itu dulu. Sebelum butir – butir hujan menjadi teman setiaku di sini. Sekarang hanya ada aku dan dia. Aku dan bulir – bulir lembut yang jatuh di kepalaku. Ditemani sepi dan desahan ranting pohon yang patah. 

Lima detik lagi aku menunggu. Sebelum tubuhku kaku ditampar oleh dingin yang ngiluh. sebelum jenuh kembali kepersingahannya. Merayuku untuk meninggalkan surga yang tercipta.
Di sini. Di bangku taman ini. Aku menunggu. Bersama segenap kerinduan yang kurawat. Dan jika kau tak juga kembali, ketahuilah… aku masih di sini. Menunggu tanpa henti.
Bisa kudengarkan derit laju kendaraan yang ada di seberang jalan. Suaranya manja. Bersama seruan - seruan manusia lainnya.

Aku tahu ada yang tak beres.

Aku berdiri sambil memegang tongkat pelengkap cerita. Sedikit bingung menentukan arah. Seperti mencari jalan yang tak ada di peta. Aku melangkah. Berpacu melawan setia. Mengikuti hati yang bersekutu dengan tongkat sebagai mata.
“Ada apa?” Tanyaku pada seorang saksi mata yang aku sendiri tidak tahu rupanya.
“Kecelakan”  Jawabnya singkat.
Pemandangan yang tak bisa kulihat sendiri. Semua kemungkinan bisa saja terjadi. Aku mengira – ngira dalam hati. Aku tak ingin semuanya menjadi tidak menyenangkan. 

Aku melangkah.

Perlahan – lahan. Mendekatkan diri ke kaca mobil yang pecah. Bisa kudengar dengan indah. Suara tape mobil yang masih menyalah. Merayapi gendang telinga. Melelehkan hati yang gelisa. Lagu itu. lagu kenangan yang biasa kami nyanyikan bersama. Di bangku taman yang basah.
Aku menduga – duga siapa yang ada di dalam mobil itu. tentang siapa, bagaimana dan mengapa. Tapi tak ada yang pasti, semuanya sia – sia. Hingga hatiku menawarkan jawaban yang pasti.

Aku tak perlu tahu dan tak harus tahu..
 Aku hanya berharap dalam hati, semoga itu orang yang salah.

6 komentar:

  1. Singkat dan bikin penasaran.
    Aku suka, tapi ada beberapa ejaan kata yang keliru, atau sengaja renta menjadi rentah, mesra menjadi mesrah. Atau memang sengaja?
    Kalau ditambah detail lagi penggambaran settingnya pasti lebih bagus.
    Semangat menulissss!!! :)

    BalasHapus
  2. Waduh, terima kasih, Mbak Dian atas komentarnya.
    Itu kesalahan penulis bukan disengaja :)

    Akan segera diperbaiki :D

    BalasHapus
  3. Balasan
    1. Hehe..
      Bukanlah, hanya imajinasi aja kok :D

      Hapus

Mau komentar?
Boleh.. boleh.. boleh !