20 Apr 2013

Hikmah Sebuah Nasi Kotak


Begini, waktu hari sabtu kemarin, gue punya pengalaman (Gue juga nggak tahu harus bilang ini pengalaman apa) entah lucu, entah aneh. Gue nggak tahu. Pokoknya waktu kamu baca ini jangan lupa baca ayat kursi dulu.
sebenarnya dari kemarin sudah pengin nulis cerita ini. Tapi, badan gue sudah nggak kuat lagi. Gue kecapean.  So, baru mau gue tulis sekarang….. (Sebentar… benarin BH dulu). 

Here goes…

Sabtu kemarin, tepatnya tanggal 20 April 2013 adalah seperti hari Sabtu pada umumnya. Ayam masih berkokok, angin masih berhembus, matahari terbit masih dari arah Timur. Dan gue masih belum bisa ngelupain mantan (Move On.. Beib..Move On)
Gue bangun pukul delapan pagi (Yang menurut gue itu masih subuh) seperti biasa, setiap kali gue bangun tidur, gue masih duduk dulu di ranjang sambil ngucek – ngucekin mata dengan unyu – unyu. Setelah semua nyawa terkumpul baru gue beranjak dari tempat tidur dan langsung ADZAN mandi.
Butuh waktu sekitar sepuluh menit (mungkin) untuk gue selesai mandi. Setelah kembali ke kamar, gue mendapati Hp buntut gue bersinar, tanda ada sms. Setelah gue cek, ternyata sms yang masuk di inbox gue ada delapan, ada yang baru dan ada yang lama, dan isi sms-nya hampir sama.

Assalammualaikum..
Ingat ! Seluruh mahasiswa diharapkan sudah hadir pukul 07:00 di kampus, untuk persiapan praktikum lapangan Ekologi Hewan. Harus On time..

Gue baca ulang sms tersebut sambil mikir – mikir… dua menit kemudian gue baru ingat…Damn ! gue lupa kalau hari ini praktikum lapangan Ekologi Hewan. Gue panik setengah telanjang. Gue buru – buru berpakaian dan mengambil tas. Tanpa sarapan, tanpa pamit sama orang rumah.. gue berangkat ke kampus.
Semua teman – teman gue smsin, nanyain sudah berangkat apa belum. Dan ternyata nggak ada balasan. GEMBEL !
Sebenarnya praktikum ekologi ini hari rabu, tapi karena praktikumnya memakan waktu yang lama dan akan bertabrakan dengan matakuliah lain jika dilanjutkan,  jadinya di pindahin hari Sabtu, karena Cuma hari sabtu yang kosong. Praktikumnya sih sebenarnya simple, kita Cuma disuruh mengamati tingkah laku hewan terhadap lingkungannya. Apakah serangga – serangga ini akan mengeluh jika diletak bukan pada habitatnya? Apakah serangga – serangga ini akan cinlok jika satu tempat di masukkan beberapa hewan lainnya. Dan jika cangkang pada kura – kura dilepas apakah dia akan menjadi gembel seumur hidup?
Masalahnya adalah hewannya harus dicari dulu di alam bebas. Setelah dapat, hewan – hewan (Serangga) tersebut di bawa ke SALON Laboratorium. Dalam praktikum ini, kita semua dibagi dua kelompok. Kaum hawa mempersiapkan preparatnya (Alat – alat keperluan praktikum) di labor, sementara sang Arjuna berkeliaran di kebun, berburu serangga untuk di bawa ke labor. Dan bagi yang nggak ikut, dianggap tidak hadir. Taruhannya nilai praktikum..

*Di perjalanan menuju kampus*
Tarik nafas..
Kiri, Bang..
*Cium tangan sopir Bus Kota*

Gue sampai di kampus pukul 09:15, mata gue celingukan mencari – cari siapa tahu masih ada anak – anak cowok yang tersisa dan..nggak ada. Gue pergi ke labor, memastikan siapa tahu ada anak cowok yang malas ikut dan menyamar sebagai cewek (Oke, gue akui…. ini ide terakhir gue)
Sesampainya gue di sana, ternyata pirasat gue benar. Masih ada tiga orang anak cowok yang telat. Toha, Budi, Anwar dan salah satu dari lima orang Asdos yang akan membimbing kami di lapangan (Sekedar info: Asdo ini semuanya masih mahasiswa dan mereka kakak tingkat kami sendiri) cukup beruntung karena salah satu asdos juga ikut – ikutan telat. Jadi ada penunjuk jalan..
Sebelum berangkat, ternyata anak – anak cewek yang baik hati tersebut ngasih gue kantong hitam besar, yang isinya nasi kotak. Man, NASI KOTAK…

“Ini nasi kotaknya” kata salah satu dari mereka.
“Terima kasih, yah” Jawab gue sambil menerima nasi kotak tersebut dengan mata yang berbinar – binar.
“untuk?”
“Nasi kotaknya lah”
“ITU UNTUK ASDOS, GOBLOK !”

Gue gagal senang..

Perjalanan memilukan itu pun dimulai..
Butuh waktu satu jam setengah untuk kami sampai ke tempat tujuan. Dengan berbagai macam problema yang disebabkan oleh kondisi jalan. Debu, kerikil, dan lobang – lobang yang menghiasi di setiap tikungan.

Perjalanan ini terasa sangat menyedihkan
Sayang kau tak duduk di sampingku kawan
Banyak cerita yang mestinya kau saksikan
Di tanah kering bebatuan
(Backsound: Berita Pada Kawan, Ebiet G. Ade)

Ketika menginjakan kaki di perkebunan itu, kami di sambut oleh hamparan hijau kelapa sawit seluas mata memandang. Luasss banget. Gue sempat nyari – nyari tempat ternyaman untuk buang hajat sembarangan. Setelah dapat, gue baru sadar.. gue nggak lagi sakit perut.
Di sana, semua rombongan sudah bersiap – siap dengan alat masing – masing. Ada yang bawa pisau, gunting, samurai, panah dan bom molotop. INI MAU TAWURAN APA MAU NANGKAP SERANGGA?
Dan salah satu target serangga yang harus didapatkan antara lain, kupu – kupu, sarang semut, ulat bulu, dan berbagai macam jenis serangga lainnya… kecuali babi hutan.
Gue mengikuti rombongan dengan tangan sebelah yang masih memegang kantong besar yang berisi nasi bungkus.
Diantara rombongan – rombongan tersebut, ada lima orang kakak kelas yang juga ikut praktikum bersama kami (anak – anak yang ngulang)Masalahnya salah satu dari lima orang tersebut sekong. Namanya Fitra. Karena dia sekong, jadi dipanggil Fitri. Padahal tampangnya keren (Upssss) tapi cara dia ngomong dan berjalan itu loh… melambai. Ini serius..gara – gara itu anak – anak lain jadi sering ngeledekin si Fitri ini.
Entah lagi sial atau apa, sewaktu gue lagi kehausan. Dan parahnya, di sana nggak ada tempat untuk beli air minum. Jangankan warung, sinyal aja hilang. Pas gue mau minta air sama Toha, eh dia nawarin. 

“Aku punya air minum” kata Fitri dengan logat kemayunya.
“Mana?” Tanya gue.
“Ambil sendiri di tas” Jawab Fitri sambil ngasihin tasnya ke gue.
Sewaktu gue buka tasnya… You know what I have? gue menemukan softex. Gue shock. Pengin mati. Tapi, pas gue tanya..
“Eh, Fit, buat apa lo softex?”
“Biar pantat gue  terlihat kembung”
“……..”
AMBIL DI, YAH TUHAN ! AMBIL DIA !!

Sebelum minum gue sempat nanya, “Nggak ada peletnya, kan?”
Dia Cuma tersenyum najong. “Nggak tahu” Sambil ngomong dengan logat yang dimanja – manjain.  Dasar bencong !
Nah, selesai minum buru – buru gue kasihin lagi tas Perawan ini. Bukan apa – apa, ntar softexnya hilang gue yang disalahin.
“Eh.. mau ini nggak?” Kata si Bencong ini sambil tersenyum mesum.
Di tangannya gue melihat kotak (Yang – tadinya – gue – kira – itu – permen) ternyata gue salah. Itu kondom. IYA.. ITU KONDOM. BANGKE !
Ngapain coba ini bencong pake kondom? Emang bisa hamil?

Gue yakin, kalau pun Darwin masih ada, beliau punya alasan tersendiri tentang evolusi ini.. Gue yakin..

Hampir setengah jam kita mencari serangga di daerah tersebut. sementara itu, tanggan gue sudah mulai pegal karena megang nasi kotak yang sejak tadi gue tenteng – tenteng mondar - mandir.
Pas gue cek, ternyata di dalam kantong tersebut nasi kotaknya ada lima. Sedangkan, kakak asdosnya yang datang Cuma empat.Dan kerennya yang tahu jumlah nasi kotak yang ada di dalam kantong tersebut Cuma gue. Hmmmmm… ini dia..

BERTAHANLAH IMANKU.. BERTAHANLAH..

Hingga, sampailah bisikan setan ke telingga gue.
“Sembunyikanlah nasi itu satu, anakku… sembunyikanlah”
“Dada ayam bakar itu pasti lezat, anakku. Ayo, sembunyikanlah”

Berkali – kali gue melawan bisikan setan sersebut, sebelum akhirnya…gue tergoda. 

Ampunkan aku Tuhan.. Ampunkan aku.

Gue pisahkan nasi bungkus itu satu. Dan gue masukkan ke dalam tas. Tanpa satu orang pun yang tahu. Karena gue benar – benar capek, akhirnya gue letakkan nasi bungkus yang tinggal empat itu. berharap ada yang mau giliran membawanya (Sekalian nyari kambing hitam kalau kalau ada yang curiga) ternyata nggak ada juga yang mau. Akhirnya gue bawa dan gue letakkan di motor. Setelah itu, gue melanjutkan mencari serangga.

 Kami membuat kelompok dan berpencar di setiap blok.

Hampir satu jam berlalu. Serangga yang kami dapatkan pun lumayan. Ada yang dapat laba – laba, sarang semut, ulat bulu, dan kupu – kupu. Semua serangga yang kita butuhkan hampir semuanya kita dapatkan. Matahari sudah semakin terik. Wajah – wajah kelelahan sudah terlihat jelas di raut muka masing – masing, kecuali Toha. Kalau dia emang dari sononye. Kita semua istirahat dan kembali ke tempat awal sembari menunggu teman – teman yang lain datang. Sambil menunggu – nunggu itu tiba – tiba si bencong melirik kantong nasi kotak yang tadi gue tarok.

“Kalian bawa nasi, yah?” tanyanya dengan logat najis seperti biasa.
“Iya, mau beli?” jawab gue.
“Berapa?”
“15 ribu, mau?”
“Yah udah, aku mau”

Disela – sela negosiasi, muncullah rombongan Toha, Anwar dan dua orang kakak tingkat lainnya yang juga ngulang. Selang dua menit, kakak asdos juga muncul. Transaksi pun gagal.
 Tiba – tiba salah satu dari mereka ada yang bilang..

“Eh tadi ada yang bawa nasi, yah?”
“Iya, kak” jawab gue.
“Berapa?”
“Empat”
“Kok Cuma empat?”
Gue diam..
“Kalian gimana?” kata kakak itu melanjutkan.
“ beli nanti, kak” jawab gue (yang sudah benar – benar mati kutu)
“Kalau begitu, nasinya untuk kalian saja” kakak itu melirik anak – anak yang lain. “Tapi makannya nunggu yang lain sudah datang”

Mendengar itu, serempak gonggongan – gonggongan wajah – wajah kelaparan berserih. Ada yang ketawa, ada yang guling – guling di rumput, dan sangking senangnya.. ada yang manjat – manjat kelapa sawit (terakhir gue baru tahu kalau itu emang orang yang lagi panen kelapa sawit)

“Makan sekarang aja, yuk” Tiba – tiba si bencong buka suara lagi.
“Tante” Kata Toha dengan raut muka yang sudah mau muntah “kita di sini sama – sama capek. Jadi jangan ada yang mau Kenyang sendirian”
“Mereka sih lama banget” jawab Fitri manja sambil mengipasi wajahnya dengan tangan.

Tanpa Toha ketahui, perkataannya tadi terekam jelas di otak gue. sejenak gue merenung. Benar juga apa yang dibilang Toha, kita di sini sama – sama capek, rasanya terlalu egois kalau gue makan sendirian nasi kotak yang saat ini sudah gue simpan dalam tas. Kayanya gue terlalu busuk, terlalu jahat, bahkan terlalu sepeleh untuk menghianati kebersamaan ini. Yang ada di kepala gue sekarang, kita sama – sama capek dan kita juga harus sama – sama kenyang. Bukan lagi kita sama – sama capek dan gue mau kenyang sendirian.

Sepertinya setan jahat di kepala gue kalah oleh perkataan bijak Toha (Yang mungkin dia sendiri tidak menyadarinya)

Gue berdiri dari tempat duduk, mendekati kantong plastik besar yang berisi nasi kotak tadi. Gue pegang dan gue bawa ke tempat sepi. Di saat semua orang tidak melihat, gue masukkan kembali nasi kotak yang sudah gue ambil tadi. Di sana tumpah penyesalan yang ada dalam diri gue. yang ada di pikiran gue Cuma,  kok gue tega yah, hanya karena nasi kotak, gue harus berbohong sama teman – teman yang sama – sama capek, sama - sama laper. Gue jahat.. gue licik..gue busuk. Gue nggak layak dapat teman sepeti mereka, seperti kakak asdos yang merelakan nasinya kami makan, seperti Toha yang bijak, Toha yang hatinya baik. berkali – kali gue mengutuk kesalahan yang gue perbuat.
Setelah semuanya berkumpul, gue membawa kantong plastik berisi nasi kotak tadi. Semua teman – teman sudah berkumpul. Yang memiliki minuman dengan sadar diri mengeluarkannya dan berbagi ke teman – teman lain yang merasa haus. Gue yang melihat kebersamaan itu Cuma bisa senyum kecil dan malu pada diri sendiri.
Sewaktu gue buka kantong plastiknya, gue mendapati kenyataan yang mengejutkan. Ternyata kotak nasinya memang ada empat. Pertanyaan mulai timbul dalam benak gue, bukankah tadi ada lima? Setelah gue ambil otomatis tinggal empat. Seharusnya, setelah gue kembalikan lagi, dia utuh lima lagi. Tapi, kenapa sekarang jadi empat? Berarti satunya ada yang ngambil.
Karena gue nggak mau mempermasalahkan masalah itu, akhirnya gue diam saja. Toh, yang lain juga tidak tahu berapa jumlah nasih kotak yang ada di dalamnya.  Yang penting gue sudah berusaha untuk jujur pada diri gue sendiri.
Tapi, kalau untuk orang yang dicurigai, si Bencong adalah tersangka utama. Kenapa? Karena dia yang sejak tadi sudah kelaparan. Dia juga minta makan duluan.
Setelah kita semua makan dengan berbagi sedikit – sedikit (Bisa di bayangkan empat nasi kotak banding sepuluh orang) akhirnya kami pulang. Walaupun tidak terlalu kenyang yang penting perut sudah ada isinya. Dan penghianatan yang hampir gue ciptakan gagal.
Sampainya di kampus, gue nggak langsung menuju laboratorium seperti anak – anak lainnya. Gue ngajak Toha untuk minum di kantin kampus. Yah sekedar traktir minum. Hitung – hitung ucapan terima kasih karena sudah jadi malaikat tanpa KUTANG sayap bagi gue hari ini.
Di sela – sela obrolan kami, gue mengutarakan kecurigaan gue terhadapat si Fitri alias Bencong kapal ini sama Toha.

“Gue curiga sama si Fitri” kata gue membuka percakapan.
“Kenapa?” jawab Toha sambil mengeryitkan alis “Nggak baik bro curiga sama orang”
“Bukan gitu” kata gue bingung. “Sebenarnya nasi kotak itu ada lima”
“Terus?”
“Lo kan tahu sendiri tadi ada empat. Berarti ada yang ngambil satu”
“Ow..” Jawab Toha datar “Sebenarnya yang ngambil nasi kotak itu gue”
*JLEB*
“Kok bisa?” tanya gue dengan raut muka yang benar – benar nggak percaya.
“Apa yang nggak bisa dilakuin oleh orang yang benar – benar kelaparan?”
“Tapi kan..” gue ngomong dengan sedikit tertahan, “lo sendiri bilang kalau kita sama – sama capek. Kita sama – sama lapar. Capek sama – sama kenyang juga harus sama – sama”

Dia nggak bisa jawab pertanyaan gue, Toha Cuma senyum malu – malu. Senyum yang pada awalnya gue kira itu senyum malaikat.  GEMBEL !
Dari kejadian itu gue cukup senang. Karena gue baru tahu kalau setan.. ow, tunggu, bukan setan. Lebih tepatnya.. iblis. Iya, iblis. Gue baru tahu kalau Iblis bisa menyamar sebagai malaikat.

Pesan Moral : (Memang ada beberapa orang ) Jika mereka berbuat baik, biasanya ada sesuatu kejahatan yang mereka lakukan.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mau komentar?
Boleh.. boleh.. boleh !