22 Apr 2013

Mencintai Dalam Diam adalah Cinta Diam - Diam





Mungkin sudah banyak dari teman – teman yang tahu dengan Raditya Dika. Yeah ! penulis favorit kita semua. Eyangnya penulis komedi Indonesia.
Ngomong – ngomong soal Raditya Dika gue jadi ingat dengan bukunya yang berjudul Marmut Merah Jambu. Buat gue, buku itu adalah buku romantic comedy pertama yang gue baca berulang – ulang. Dan ada sub bab pertama yang berjudul “Jatuh Cinta Diam – diam” yang membuat gue merasa (Anjirrrrr… ini gue bangetttt)

Jadiiiii, berhubung dosen gue lagi nggak masuk, mendingan gue nulis aja. 

Untuk itu, gue akan membahas tentang jatuh cinta diam – diam juga. tentunya dengan pandangan yang berbeda menurut pengalaman pribadi gue. Bukankah setiap orang itu punya cara yang berbeda - beda dalam mengungkapkan sesuatu?

Gue pengin tahu. Siapa sih di dunia ini yang nggak pernah jatuh cinta? Diam – diam pula ! 

Menurut gue, di dunia ini semua orang pasti pernah merasakan apa yang dinamakan dengan jatuh cinta. Entah itu jatuh cinta sama teman satu kelas atau malah jatuh cinta sama sahabat sendiri atau bahkan jatuh cinta sama orang yang baru saja dikenalkan oleh teman.
Untuk awalnya sih, biasanya biasa - biasa saja. Menyenangkan, karena berusaha untuk mengenal satu sama lain. Tertawa. Nonton. Makan bareng, jalan bareng. Bahkan kemungkinan besar akan terjadi pertengkaran – pertengkaran kecil seiring kebersamaan itu. Kemudian, Saling membenci dan menghindari kalo ketemu. Dan lama kelamaan timbul rasa kangen.

Orang yang jatuh cinta secara diam – diam awalnya tidak menyadari perasaan mereka sendiri. Mereka akan meyakinkan diri mereka bahwa apa yang mereka rasakan itu salah. Orang yang jatu cinta secara diam –diam sifatnya terkadang berubah – ubah. Terkadang mereka baik tapi juga terkadang sangat menyebalkan untuk orang yang mereka cintai ( Kemungkinan besar karena mereka tidak mendapatkan perhatian yang mereka inginka)

Orang yang jatuh cinta diam – diam adalah orang yang rela untuk mencintai tanpa dicintai. Orang yang jatuh cinta diam – diam akan merasa “cukup” ketika hanya melihat orang yang disayanginya dari kejauhan. Bahkan mereka lebih menikmati untuk memandangnya dari kejauhan dari pada menyapanya. Bahkan melihat senyumnya saja mereka sudah cukup senang.

Mereka selalu bilang sama diri mereka sendiri, “Jatuh cinta sendirian itu udah cukup”

Mungkin diantara kita sewaktu sekolah dulu atau mungkin kuliah pernah merasakan perasaan yang salah seperti ini. Ketika orang yang kita kagumi tidak ada, kita akan merasa kehilangan. kita selalu bertanya – tanya dalam hati. “ Kenapa yah? Ada apa yah? Kok hari ini dia gak terlihat. Atau jangan –jangan dia sakit?”
Kita akan berusaha mencari – cari informasi tentang dia keteman – teman terdekatnya. Melihat –lihat  facebook maupun twitter nya untuk memastikan kalau dia baik – baik saja. 

Pernah merasakan hal seperti ini?

Atau malah sedang merasakan?

Kalo gue sih pernah. Tapi, itu dulu.

Gue sendiri adalah orang yang pernah merasakan jatuh cinta, tentunya diam – diam.
Seperti yang pernah Raditya Dika bilang, Orang yang jatuh cinta diam – diam itu seperti penguntit. Menurut gue itu benar. Bangetttt malah.

Gue banyak tahu tentang orang yang gue suka.

Gue tahu kalau dia suka nasi goreng. Gue tahu dia lebih suka mie ayam dari pada bakso. Gue tahu setiap malam dia suka nonton film Tukang Bubur Naik Haji. Gue tahu, Biru adalah warna kesukaan dia sejak dia tahu nama – nama warna. Setiap pagi gue tahu dia akan marah kalau baju sekolahnya belum di strika. Dan setelah pulang sekolah gue juga tahu kalau dia akan marah besar kalau tidak ada makanan di atas meja makan.
Walaupun kalian berpikir, kayanya gue lebih mirip pembantu deh dari pada stalker. 

Duluuu. Gue rela menunggu dia di tempat yang sama, berjam – jam, setiap hari, dan berharap akan dia sapa..setidaknya cuma dengan senyuman.
Walaupun dia sendiri nggak sadar kalau sedang gue tungguin. 
Saat berdekatan jantung gue akan berdetak. Dari sangat pelan, menjadi pelan hingga semakin kencang, ketika mengetahui jemputan pacarnya sudah datang.

Orang yang jatuh cinta diam –diam sering kali mengungkapkan perasaan mereka lewat lagu. Bahkan tanpa sadar mereka akan menangis  ketika lagu yang mereka dengarkan mampu mewakili perasaan mereka. Mereka akan menyanyikan lagu – lagu kesukaan orang yang mereka sukai dan berharap akan bernyanyi bersama.

Orang yang jatuh cinta diam –diam tahu banyak tentang  orang yang mereka sukai. Mereka akan berusaha menyukai apa yang disukai oleh orang yang mereka sukai. Walaupun mereka tidak menyukai hal tersebut. 

Meraka akan berusaha berdandan semenarik mungkin untuk orang yang mereka sukai, walaupun pada akhirnya akan terlihat berlebihan, bahkan norak dimata orang yang  mereka sukai. 

Orang jatuh cinta diam – diam mampu menyimpan perasaan serapi  mungkin tanpa harus ada orang lain yang tahu. Mereka berharap  orang  yang mereka cinta akan membuka lipatan – lipatan itu dengan sesederhana mungkin. Walaupun,  entah kapan.

Orang yang jatuh cinta diam – diam hanya mampu menulis kan apa yang ia rasakan di sebuah buku. Memajang foto orang tersebut diantara kalimat – kalimat puitis yang mereka buat. Dan ke esokkan harinya, catatan itu akan mereka buka lagi… berulang – ulang.

Pada akhirnya orang yang mencintai diam – diam hanya bisa menanam perasaannya sendirian. Merawatnya dengan penuh kekaguman. Sampai rasa itu semakin tumbuh menjadi besar dan menjadikannya buah yang manis tanpa harus dipetik hingga ia membusuk.

Orang yang jatuh cinta diam – diam tidak akan menyadari jika mereka sedang menikmati kesedihan. Orang seperti ini akan meyakinkan diri mereka bahwa cinta itu tak harus memiliki. Mereka seakan lupa bahwa cinta itu harus diutarakan, disampaikan, dan dirasakan oleh dua orang, tentunya bukan sendirian.

Orang yang jatuh cinta diam – diam mungkin akan tahu banyak tentang orang yang mereka cintai tapi mereka tidak akan pernah tahu bagaimana cara mengutarakan perasaan mereka, yang mereka tahu hanyalah memendam rasa itu sedalam – dalam mungkin  tanpa harus  satu orang pun yang tahu. 
Sampai akhirnya, merelakan adalah cara yang lucu untuk mereka menghibur rasa lelah dari pengharapan tersebut. Mereka hanya berani untuk cemburu tapi tidak berani untuk mengungkapkan..

Jatuh cinta diam – diam membuat kamu merasa bahagia dalam diam.
Jatuh cinta dalam diam mampu membuat kamu memperjuangakan sesuatu yang sia – sia.. sambil tersenyum bahagia.
Jatuh cinta dalam diam, membuat kamu menjadi pendoa yang bijak dan selalu berharap malaikat – malaikat Tuhan akan mengatur skenario hidup kamu dengannya.
Walaupun tidak pernah tahu, entah kapan..

20 Apr 2013

Hikmah Sebuah Nasi Kotak


Begini, waktu hari sabtu kemarin, gue punya pengalaman (Gue juga nggak tahu harus bilang ini pengalaman apa) entah lucu, entah aneh. Gue nggak tahu. Pokoknya waktu kamu baca ini jangan lupa baca ayat kursi dulu.
sebenarnya dari kemarin sudah pengin nulis cerita ini. Tapi, badan gue sudah nggak kuat lagi. Gue kecapean.  So, baru mau gue tulis sekarang….. (Sebentar… benarin BH dulu). 

Here goes…

Sabtu kemarin, tepatnya tanggal 20 April 2013 adalah seperti hari Sabtu pada umumnya. Ayam masih berkokok, angin masih berhembus, matahari terbit masih dari arah Timur. Dan gue masih belum bisa ngelupain mantan (Move On.. Beib..Move On)
Gue bangun pukul delapan pagi (Yang menurut gue itu masih subuh) seperti biasa, setiap kali gue bangun tidur, gue masih duduk dulu di ranjang sambil ngucek – ngucekin mata dengan unyu – unyu. Setelah semua nyawa terkumpul baru gue beranjak dari tempat tidur dan langsung ADZAN mandi.
Butuh waktu sekitar sepuluh menit (mungkin) untuk gue selesai mandi. Setelah kembali ke kamar, gue mendapati Hp buntut gue bersinar, tanda ada sms. Setelah gue cek, ternyata sms yang masuk di inbox gue ada delapan, ada yang baru dan ada yang lama, dan isi sms-nya hampir sama.

Assalammualaikum..
Ingat ! Seluruh mahasiswa diharapkan sudah hadir pukul 07:00 di kampus, untuk persiapan praktikum lapangan Ekologi Hewan. Harus On time..

Gue baca ulang sms tersebut sambil mikir – mikir… dua menit kemudian gue baru ingat…Damn ! gue lupa kalau hari ini praktikum lapangan Ekologi Hewan. Gue panik setengah telanjang. Gue buru – buru berpakaian dan mengambil tas. Tanpa sarapan, tanpa pamit sama orang rumah.. gue berangkat ke kampus.
Semua teman – teman gue smsin, nanyain sudah berangkat apa belum. Dan ternyata nggak ada balasan. GEMBEL !
Sebenarnya praktikum ekologi ini hari rabu, tapi karena praktikumnya memakan waktu yang lama dan akan bertabrakan dengan matakuliah lain jika dilanjutkan,  jadinya di pindahin hari Sabtu, karena Cuma hari sabtu yang kosong. Praktikumnya sih sebenarnya simple, kita Cuma disuruh mengamati tingkah laku hewan terhadap lingkungannya. Apakah serangga – serangga ini akan mengeluh jika diletak bukan pada habitatnya? Apakah serangga – serangga ini akan cinlok jika satu tempat di masukkan beberapa hewan lainnya. Dan jika cangkang pada kura – kura dilepas apakah dia akan menjadi gembel seumur hidup?
Masalahnya adalah hewannya harus dicari dulu di alam bebas. Setelah dapat, hewan – hewan (Serangga) tersebut di bawa ke SALON Laboratorium. Dalam praktikum ini, kita semua dibagi dua kelompok. Kaum hawa mempersiapkan preparatnya (Alat – alat keperluan praktikum) di labor, sementara sang Arjuna berkeliaran di kebun, berburu serangga untuk di bawa ke labor. Dan bagi yang nggak ikut, dianggap tidak hadir. Taruhannya nilai praktikum..

*Di perjalanan menuju kampus*
Tarik nafas..
Kiri, Bang..
*Cium tangan sopir Bus Kota*

Gue sampai di kampus pukul 09:15, mata gue celingukan mencari – cari siapa tahu masih ada anak – anak cowok yang tersisa dan..nggak ada. Gue pergi ke labor, memastikan siapa tahu ada anak cowok yang malas ikut dan menyamar sebagai cewek (Oke, gue akui…. ini ide terakhir gue)
Sesampainya gue di sana, ternyata pirasat gue benar. Masih ada tiga orang anak cowok yang telat. Toha, Budi, Anwar dan salah satu dari lima orang Asdos yang akan membimbing kami di lapangan (Sekedar info: Asdo ini semuanya masih mahasiswa dan mereka kakak tingkat kami sendiri) cukup beruntung karena salah satu asdos juga ikut – ikutan telat. Jadi ada penunjuk jalan..
Sebelum berangkat, ternyata anak – anak cewek yang baik hati tersebut ngasih gue kantong hitam besar, yang isinya nasi kotak. Man, NASI KOTAK…

“Ini nasi kotaknya” kata salah satu dari mereka.
“Terima kasih, yah” Jawab gue sambil menerima nasi kotak tersebut dengan mata yang berbinar – binar.
“untuk?”
“Nasi kotaknya lah”
“ITU UNTUK ASDOS, GOBLOK !”

Gue gagal senang..

Perjalanan memilukan itu pun dimulai..
Butuh waktu satu jam setengah untuk kami sampai ke tempat tujuan. Dengan berbagai macam problema yang disebabkan oleh kondisi jalan. Debu, kerikil, dan lobang – lobang yang menghiasi di setiap tikungan.

Perjalanan ini terasa sangat menyedihkan
Sayang kau tak duduk di sampingku kawan
Banyak cerita yang mestinya kau saksikan
Di tanah kering bebatuan
(Backsound: Berita Pada Kawan, Ebiet G. Ade)

Ketika menginjakan kaki di perkebunan itu, kami di sambut oleh hamparan hijau kelapa sawit seluas mata memandang. Luasss banget. Gue sempat nyari – nyari tempat ternyaman untuk buang hajat sembarangan. Setelah dapat, gue baru sadar.. gue nggak lagi sakit perut.
Di sana, semua rombongan sudah bersiap – siap dengan alat masing – masing. Ada yang bawa pisau, gunting, samurai, panah dan bom molotop. INI MAU TAWURAN APA MAU NANGKAP SERANGGA?
Dan salah satu target serangga yang harus didapatkan antara lain, kupu – kupu, sarang semut, ulat bulu, dan berbagai macam jenis serangga lainnya… kecuali babi hutan.
Gue mengikuti rombongan dengan tangan sebelah yang masih memegang kantong besar yang berisi nasi bungkus.
Diantara rombongan – rombongan tersebut, ada lima orang kakak kelas yang juga ikut praktikum bersama kami (anak – anak yang ngulang)Masalahnya salah satu dari lima orang tersebut sekong. Namanya Fitra. Karena dia sekong, jadi dipanggil Fitri. Padahal tampangnya keren (Upssss) tapi cara dia ngomong dan berjalan itu loh… melambai. Ini serius..gara – gara itu anak – anak lain jadi sering ngeledekin si Fitri ini.
Entah lagi sial atau apa, sewaktu gue lagi kehausan. Dan parahnya, di sana nggak ada tempat untuk beli air minum. Jangankan warung, sinyal aja hilang. Pas gue mau minta air sama Toha, eh dia nawarin. 

“Aku punya air minum” kata Fitri dengan logat kemayunya.
“Mana?” Tanya gue.
“Ambil sendiri di tas” Jawab Fitri sambil ngasihin tasnya ke gue.
Sewaktu gue buka tasnya… You know what I have? gue menemukan softex. Gue shock. Pengin mati. Tapi, pas gue tanya..
“Eh, Fit, buat apa lo softex?”
“Biar pantat gue  terlihat kembung”
“……..”
AMBIL DI, YAH TUHAN ! AMBIL DIA !!

Sebelum minum gue sempat nanya, “Nggak ada peletnya, kan?”
Dia Cuma tersenyum najong. “Nggak tahu” Sambil ngomong dengan logat yang dimanja – manjain.  Dasar bencong !
Nah, selesai minum buru – buru gue kasihin lagi tas Perawan ini. Bukan apa – apa, ntar softexnya hilang gue yang disalahin.
“Eh.. mau ini nggak?” Kata si Bencong ini sambil tersenyum mesum.
Di tangannya gue melihat kotak (Yang – tadinya – gue – kira – itu – permen) ternyata gue salah. Itu kondom. IYA.. ITU KONDOM. BANGKE !
Ngapain coba ini bencong pake kondom? Emang bisa hamil?

Gue yakin, kalau pun Darwin masih ada, beliau punya alasan tersendiri tentang evolusi ini.. Gue yakin..

Hampir setengah jam kita mencari serangga di daerah tersebut. sementara itu, tanggan gue sudah mulai pegal karena megang nasi kotak yang sejak tadi gue tenteng – tenteng mondar - mandir.
Pas gue cek, ternyata di dalam kantong tersebut nasi kotaknya ada lima. Sedangkan, kakak asdosnya yang datang Cuma empat.Dan kerennya yang tahu jumlah nasi kotak yang ada di dalam kantong tersebut Cuma gue. Hmmmmm… ini dia..

BERTAHANLAH IMANKU.. BERTAHANLAH..

Hingga, sampailah bisikan setan ke telingga gue.
“Sembunyikanlah nasi itu satu, anakku… sembunyikanlah”
“Dada ayam bakar itu pasti lezat, anakku. Ayo, sembunyikanlah”

Berkali – kali gue melawan bisikan setan sersebut, sebelum akhirnya…gue tergoda. 

Ampunkan aku Tuhan.. Ampunkan aku.

Gue pisahkan nasi bungkus itu satu. Dan gue masukkan ke dalam tas. Tanpa satu orang pun yang tahu. Karena gue benar – benar capek, akhirnya gue letakkan nasi bungkus yang tinggal empat itu. berharap ada yang mau giliran membawanya (Sekalian nyari kambing hitam kalau kalau ada yang curiga) ternyata nggak ada juga yang mau. Akhirnya gue bawa dan gue letakkan di motor. Setelah itu, gue melanjutkan mencari serangga.

 Kami membuat kelompok dan berpencar di setiap blok.

Hampir satu jam berlalu. Serangga yang kami dapatkan pun lumayan. Ada yang dapat laba – laba, sarang semut, ulat bulu, dan kupu – kupu. Semua serangga yang kita butuhkan hampir semuanya kita dapatkan. Matahari sudah semakin terik. Wajah – wajah kelelahan sudah terlihat jelas di raut muka masing – masing, kecuali Toha. Kalau dia emang dari sononye. Kita semua istirahat dan kembali ke tempat awal sembari menunggu teman – teman yang lain datang. Sambil menunggu – nunggu itu tiba – tiba si bencong melirik kantong nasi kotak yang tadi gue tarok.

“Kalian bawa nasi, yah?” tanyanya dengan logat najis seperti biasa.
“Iya, mau beli?” jawab gue.
“Berapa?”
“15 ribu, mau?”
“Yah udah, aku mau”

Disela – sela negosiasi, muncullah rombongan Toha, Anwar dan dua orang kakak tingkat lainnya yang juga ngulang. Selang dua menit, kakak asdos juga muncul. Transaksi pun gagal.
 Tiba – tiba salah satu dari mereka ada yang bilang..

“Eh tadi ada yang bawa nasi, yah?”
“Iya, kak” jawab gue.
“Berapa?”
“Empat”
“Kok Cuma empat?”
Gue diam..
“Kalian gimana?” kata kakak itu melanjutkan.
“ beli nanti, kak” jawab gue (yang sudah benar – benar mati kutu)
“Kalau begitu, nasinya untuk kalian saja” kakak itu melirik anak – anak yang lain. “Tapi makannya nunggu yang lain sudah datang”

Mendengar itu, serempak gonggongan – gonggongan wajah – wajah kelaparan berserih. Ada yang ketawa, ada yang guling – guling di rumput, dan sangking senangnya.. ada yang manjat – manjat kelapa sawit (terakhir gue baru tahu kalau itu emang orang yang lagi panen kelapa sawit)

“Makan sekarang aja, yuk” Tiba – tiba si bencong buka suara lagi.
“Tante” Kata Toha dengan raut muka yang sudah mau muntah “kita di sini sama – sama capek. Jadi jangan ada yang mau Kenyang sendirian”
“Mereka sih lama banget” jawab Fitri manja sambil mengipasi wajahnya dengan tangan.

Tanpa Toha ketahui, perkataannya tadi terekam jelas di otak gue. sejenak gue merenung. Benar juga apa yang dibilang Toha, kita di sini sama – sama capek, rasanya terlalu egois kalau gue makan sendirian nasi kotak yang saat ini sudah gue simpan dalam tas. Kayanya gue terlalu busuk, terlalu jahat, bahkan terlalu sepeleh untuk menghianati kebersamaan ini. Yang ada di kepala gue sekarang, kita sama – sama capek dan kita juga harus sama – sama kenyang. Bukan lagi kita sama – sama capek dan gue mau kenyang sendirian.

Sepertinya setan jahat di kepala gue kalah oleh perkataan bijak Toha (Yang mungkin dia sendiri tidak menyadarinya)

Gue berdiri dari tempat duduk, mendekati kantong plastik besar yang berisi nasi kotak tadi. Gue pegang dan gue bawa ke tempat sepi. Di saat semua orang tidak melihat, gue masukkan kembali nasi kotak yang sudah gue ambil tadi. Di sana tumpah penyesalan yang ada dalam diri gue. yang ada di pikiran gue Cuma,  kok gue tega yah, hanya karena nasi kotak, gue harus berbohong sama teman – teman yang sama – sama capek, sama - sama laper. Gue jahat.. gue licik..gue busuk. Gue nggak layak dapat teman sepeti mereka, seperti kakak asdos yang merelakan nasinya kami makan, seperti Toha yang bijak, Toha yang hatinya baik. berkali – kali gue mengutuk kesalahan yang gue perbuat.
Setelah semuanya berkumpul, gue membawa kantong plastik berisi nasi kotak tadi. Semua teman – teman sudah berkumpul. Yang memiliki minuman dengan sadar diri mengeluarkannya dan berbagi ke teman – teman lain yang merasa haus. Gue yang melihat kebersamaan itu Cuma bisa senyum kecil dan malu pada diri sendiri.
Sewaktu gue buka kantong plastiknya, gue mendapati kenyataan yang mengejutkan. Ternyata kotak nasinya memang ada empat. Pertanyaan mulai timbul dalam benak gue, bukankah tadi ada lima? Setelah gue ambil otomatis tinggal empat. Seharusnya, setelah gue kembalikan lagi, dia utuh lima lagi. Tapi, kenapa sekarang jadi empat? Berarti satunya ada yang ngambil.
Karena gue nggak mau mempermasalahkan masalah itu, akhirnya gue diam saja. Toh, yang lain juga tidak tahu berapa jumlah nasih kotak yang ada di dalamnya.  Yang penting gue sudah berusaha untuk jujur pada diri gue sendiri.
Tapi, kalau untuk orang yang dicurigai, si Bencong adalah tersangka utama. Kenapa? Karena dia yang sejak tadi sudah kelaparan. Dia juga minta makan duluan.
Setelah kita semua makan dengan berbagi sedikit – sedikit (Bisa di bayangkan empat nasi kotak banding sepuluh orang) akhirnya kami pulang. Walaupun tidak terlalu kenyang yang penting perut sudah ada isinya. Dan penghianatan yang hampir gue ciptakan gagal.
Sampainya di kampus, gue nggak langsung menuju laboratorium seperti anak – anak lainnya. Gue ngajak Toha untuk minum di kantin kampus. Yah sekedar traktir minum. Hitung – hitung ucapan terima kasih karena sudah jadi malaikat tanpa KUTANG sayap bagi gue hari ini.
Di sela – sela obrolan kami, gue mengutarakan kecurigaan gue terhadapat si Fitri alias Bencong kapal ini sama Toha.

“Gue curiga sama si Fitri” kata gue membuka percakapan.
“Kenapa?” jawab Toha sambil mengeryitkan alis “Nggak baik bro curiga sama orang”
“Bukan gitu” kata gue bingung. “Sebenarnya nasi kotak itu ada lima”
“Terus?”
“Lo kan tahu sendiri tadi ada empat. Berarti ada yang ngambil satu”
“Ow..” Jawab Toha datar “Sebenarnya yang ngambil nasi kotak itu gue”
*JLEB*
“Kok bisa?” tanya gue dengan raut muka yang benar – benar nggak percaya.
“Apa yang nggak bisa dilakuin oleh orang yang benar – benar kelaparan?”
“Tapi kan..” gue ngomong dengan sedikit tertahan, “lo sendiri bilang kalau kita sama – sama capek. Kita sama – sama lapar. Capek sama – sama kenyang juga harus sama – sama”

Dia nggak bisa jawab pertanyaan gue, Toha Cuma senyum malu – malu. Senyum yang pada awalnya gue kira itu senyum malaikat.  GEMBEL !
Dari kejadian itu gue cukup senang. Karena gue baru tahu kalau setan.. ow, tunggu, bukan setan. Lebih tepatnya.. iblis. Iya, iblis. Gue baru tahu kalau Iblis bisa menyamar sebagai malaikat.

Pesan Moral : (Memang ada beberapa orang ) Jika mereka berbuat baik, biasanya ada sesuatu kejahatan yang mereka lakukan.






19 Apr 2013

The Kampret Of Bulutangkis


Sepulang dari kampus kemarin gue dan satu orang teman gue mampir dulu ke AC (Aula Center) di kampus.  Rencananya sih Cuma mau liat – liat orang latihan bulutangkis doank. Lagian dua orang teman cewek kita ada juga yang ikut latihan di sana. Jadi, siapa tahu mereka butuh BENCONG suporter untuk teriak – teriak di pingir lapangan, sambil megang botol air mineral. 

Di dalam ruangan itu terdapat dua lapangan dengan bangku yang berjejer tidak teratur di pinggir lapangan. Sementara itu,  di lantai atas Cuma ada bangku yang terbuat dari semen dan semerbak bau pesing yang menusuk – nusuk hidung, meminta untuk dicium. Jadi, dari pada bau pesing di situ nambah, akhirnya kami duduk di kursi lantai satu, di pinggir lapangan.
 Lagian ngapain juga kita duduk di atas sana, soalnya di situ sepi, niat mau nonton,  entar malah dituduh berbuat mesum. Mendingan dituduh berbuat mesum sama cewek, ini sama cowok. Mana teman gue berkumis pula. Kalaupun dia nggak berkumis gue juga ogah. Gue malas sama yang batangan.

Untuk minggu – minggu ini mereka memang lagi giat – giatnya untuk latihan. Katanya sih lagi tahap seleksi untuk dikirim ke Banten. Mereka yang latihan ini juga akan diadu lagi sama – sama mereka. Siapa yang tepilih nanti akan mewakili kampus untuk ke sana. Gue juga nggak tahu sih,kenapa harus ke Banten. Mau latihan ilmu kebal sambil main bulutangkis..mungkin.
Di lapangan pertama,  ada anak - anak cowok yang lagi main ganda. Gue yang saat itu duduk di pinggir lapangan sebelah memutuskan untuk pindah tempat duduk. Ada sesuatu yang membuat gue tertarik. Gue duduk tepat di depan lapangan pertama. Memperhatikan dengan anggun anak – anak cowok tersebut main. Bola ke kiri mata gue melirik ke kiri, bola ke kanan mata ikut melirik ke kanan.
Tidak Cuma mainnya yang keren, anak – anak cowok ini juga jago membuat orang yang menonton di ruangan tersebut menggelinjang. Contohnya, anak – anak cewek yang latihan di lapangan yang satunya lebih sering melirik ke arah mereka main. Gue juga nggak tahu, mereka terpesona dengan permainan mereka yang ganas atau terpesona sama salah satu pemain….  yang kayanya nggak pernah nyukur bulu ketiaknya. Kalau gue sih tetap.. fokus sama paha mereka yang aduhai itu. hehe
Smash, tangkis, smash lagi, tangkis lagi. Begitu terus. Permainan – permainan apik yang mereka pertontonkan.

 Berulang kali kejadian – kejadian menegangkan itu melintas di depan mata gue. keringat para pemain berjatuhan di lapangan. Gue yang menyaksikan pertandingan dahsyat itu ikut – ikutan berkeringat. Gue jadi tegang. Gue mengepalkan tangan, mengigit bibir sendiri. Tarik nafas. Bola ke kiri mata gue kekiri, bola ke kanan mata gue fokus ke PAHA  kanan. Tarik nafas lagi.. keluarkan lagi. Dan . . . Preeet..preett..preeetttt. Gue sukses kentut di pinggir lapangan. Yeah !
Setelah sukses kentut di tengah – tengah ketegangan itu, akhirnya rasa bosan itu datang juga. Gue mulai mencari – cari kesibukan sendiri, mulai dari pindah tempat duduk, muter – muterin lapangan nggak jelas, sampai munggutin bola yang berserakan di pinggir lapangan. Tapi, tampaknya dewi fortuna sedang berpihak ke gue. Disela – sela kebosanan gue itu ternyata anak – anak cewek pada kecapean. Jadi lapangan sebelah kosong, nggak ada yang main. dengan penuh birahi, gue pinjam raket salah satu dari mereka. Teman gue yang namanya Toha juga minjam. 

“Mau pake bola baru, nggak?” Tanya pelatih mereka
“Boleh” Jawab kami semangat. Ternyata pelatihnya baik. 

Sang pelatih pun ngasih kita bola baru. Kita semakin senang..

Di lapangan, duel maut pun dimulai. Disaksikan  beberapa penonton cewek yang tidak seberapa itu. Teriakkan – teriakkan histeris mulai mengema merambat ke telinga.
Sambil megang raket gue pasang muka segahar – gaharnya. Berharap musuh gue langsung nyerah. Ternyata dia pun memasang muka yang tidak kalah gaharnya. Dan kita pun memulai pertarungan, dengan taruhan harga diri. Gue mulai menyerpis dengan operan lambung. Teman gue nggak mau kalah. Dia mulai melakukan permainan net yang cantik. Sesekali gue hampir terkecoh oleh kelicikkannya. Beruntung bakat atlit yang ada di dalam diri gue belum punah.

 Smash… tangkis.. smash lagi… tangkis lagi..

Begitulah seterusnya. Bola bergulir dari arah gue ke arah Toha. Pertarungan sengit itu benar – benar nyata. Dengan hitungan detik… gue mulai kualahan. Gue lemas… dan sukses kalah dibabak pertama.
Setelah babak ke dua dimulai lagi,  gue semakin lemas. Gue nyerah dengan skor gue 7 dan Toha 14. Keringat sudah bercucuran. Baju basah, celana dalam juga basah.
Setelah selesai main kita mau keluar gedung, mencari angin. Sebenarnya ruangan itu pakai AC sih tapi nggak berfungsi. Akhirnya kita putusin untuk keluar cari angin dan buang angin.

“Eh, kalian. Ke sini dulu” Pelatih bulutangkis itu memanggil kami.

Gue sama Toha bingung. kita saling lirik sebentar. Sebelum Toha benaran naksir sama gue akhirnya gue buru – buru memalingkan wajah gue dari Toha. 

Yang ada di kepala gue saat itu hanyalah…
Jangan – jangan kita mau diajak latihan bareng gara – gara melihat permainan gue dan Toha yang cantik.
Jangan – jangan Pak pelatih ini mau memuji ke lincahan kami bermain..
Jangan – jangan dia mulai tertarik untuk melatih kami..
Jangan – jangan Pak Pelatih ini Falling in Love sama Toha..
Jangan – jangan…..
Ah, sudahlah. Gue meyakinkan diri gue kalau Toha nggak bakalan Falling In Love juga sama Si Pelatih ini. 

“Kalian sering main bulutangkis juga?”
“Iya, Pak” Jawab kami serempak.
 “Bagus. sering - sering latihan” kata pelatih itu sambil tersenyum. “Semuanya jadi 18 ribu”

Hening..

Gue dengan Toha berpandangan.
“Jadi, bayar?” Tanya Toha heran
“Iya, donk. Bola kan beli” Jawab pelatih itu sinis.
“Ow.. yah, udah. Nggak apa – apa, kok” Gue menimpali keren, pura – pura relah. Pura – pura banyak duit. Padahal dalam hati, YAKIN LO? KITA HARUS BAYAR???
 TOLONG KAMI, KAK SETO ! KAMI DIPERAS! KAMI DIPERAS !!

Dramatis, abiss..

Bukannya pelit sih sebenarnya. Cuma karena kita lagi jauh dari orangtua aja, jadi, uang seperti itu terlihat berharga. Apalagi kalau teman gue adalah anak kos, sedangkan gue sendiri tinggal bersama saudara. Jauh dari orangtua membuat uang seribu rupiah pun terasa berarti bagi kita. Apalagi di akhir bulan.
Dulu, apapun yang ingin dibeli, selagi di dompet masih ada uang pasti langsung dibeli. Tapi sekarang, semenjak jauh dari orangtua, walaupun di dompet masih ada uang apapun yang ingin dibeli.. pasti mikir – mikir dulu.
Beli apa ngak. Kalau dibeli nanti uang bulanan nggak cukup. Kalau nggak dibeli nanti sudah dibeli orang lain. Macam – macam dilema yang akan selalu dihadapi. Entah kita yang menciptakan atau kah keadaan yang memaksa kita untuk menciptakan.

Di luar gedung kita duduk – duduk sambil minum. Beberapa anak cewek ada yang keluar duluan. Hari pun sudah sore. Pak pelatih yang mintain kita duit juga keluar dengan senyum yang mengembang. Sewaktu dia mendekati kita berdua dia sempat bilang..

“Kalian mainnya bagus… besok ikut latihan lagi yah?”
   
 “Ow.. iya.. main lagi.. besokkk”gue tersenyum kecil, demi menutupi kebohongan besar.

Tidak ada yang bisa disalahkan sih sebenarnya dari kejadian itu. seandainya pun ada Kak Seto, yang mau gue tanya Cuma satu. Kenapa presiden nggak pernah balas mention gue? udah itu aja.