Begini, waktu hari sabtu kemarin,
gue punya pengalaman (Gue juga nggak tahu harus bilang ini pengalaman apa)
entah lucu, entah aneh. Gue nggak tahu. Pokoknya waktu kamu baca ini jangan
lupa baca ayat kursi dulu.
sebenarnya dari kemarin sudah
pengin nulis cerita ini. Tapi, badan gue sudah nggak kuat lagi. Gue kecapean. So, baru mau gue tulis sekarang….. (Sebentar…
benarin BH dulu).
Here goes…
Sabtu kemarin, tepatnya tanggal 20
April 2013 adalah seperti hari Sabtu pada umumnya. Ayam masih berkokok, angin
masih berhembus, matahari terbit masih dari arah Timur. Dan gue masih belum
bisa ngelupain mantan (Move On.. Beib..Move On)
Gue bangun pukul delapan pagi (Yang
menurut gue itu masih subuh) seperti biasa, setiap kali gue bangun tidur, gue
masih duduk dulu di ranjang sambil ngucek – ngucekin mata dengan unyu – unyu.
Setelah semua nyawa terkumpul baru gue beranjak dari tempat tidur dan langsung ADZAN
mandi.
Butuh waktu sekitar sepuluh menit
(mungkin) untuk gue selesai mandi. Setelah kembali ke kamar, gue mendapati Hp
buntut gue bersinar, tanda ada sms. Setelah gue cek, ternyata sms yang masuk di
inbox gue ada delapan, ada yang baru dan ada yang lama, dan isi sms-nya hampir
sama.
Assalammualaikum..
Ingat ! Seluruh mahasiswa diharapkan sudah
hadir pukul 07:00 di kampus, untuk persiapan praktikum lapangan Ekologi Hewan.
Harus On time..
Gue baca ulang sms tersebut sambil
mikir – mikir… dua menit kemudian gue baru ingat…Damn ! gue lupa kalau hari ini
praktikum lapangan Ekologi Hewan. Gue panik setengah telanjang. Gue buru – buru
berpakaian dan mengambil tas. Tanpa sarapan, tanpa pamit sama orang rumah.. gue
berangkat ke kampus.
Semua teman – teman gue smsin, nanyain
sudah berangkat apa belum. Dan ternyata nggak ada balasan. GEMBEL !
Sebenarnya praktikum ekologi ini
hari rabu, tapi karena praktikumnya memakan waktu yang lama dan akan
bertabrakan dengan matakuliah lain jika dilanjutkan, jadinya di pindahin hari Sabtu, karena Cuma
hari sabtu yang kosong. Praktikumnya sih sebenarnya simple, kita Cuma disuruh
mengamati tingkah laku hewan terhadap lingkungannya. Apakah serangga – serangga
ini akan mengeluh jika diletak bukan pada habitatnya? Apakah serangga –
serangga ini akan cinlok jika satu tempat di masukkan beberapa hewan lainnya.
Dan jika cangkang pada kura – kura dilepas apakah dia akan menjadi gembel
seumur hidup?
Masalahnya adalah hewannya harus
dicari dulu di alam bebas. Setelah dapat, hewan – hewan (Serangga) tersebut di
bawa ke SALON Laboratorium. Dalam praktikum ini, kita semua dibagi dua
kelompok. Kaum hawa mempersiapkan preparatnya (Alat – alat keperluan praktikum)
di labor, sementara sang Arjuna berkeliaran di kebun, berburu serangga untuk di
bawa ke labor. Dan bagi yang nggak ikut, dianggap tidak hadir. Taruhannya nilai
praktikum..
*Di perjalanan menuju kampus*
Tarik nafas..
Kiri, Bang..
*Cium tangan sopir Bus Kota*
Gue sampai di kampus pukul 09:15,
mata gue celingukan mencari – cari siapa tahu masih ada anak – anak cowok yang
tersisa dan..nggak ada. Gue pergi ke labor, memastikan siapa tahu ada anak
cowok yang malas ikut dan menyamar sebagai cewek (Oke, gue akui…. ini ide
terakhir gue)
Sesampainya gue di sana, ternyata
pirasat gue benar. Masih ada tiga orang anak cowok yang telat. Toha, Budi, Anwar
dan salah satu dari lima orang Asdos yang akan membimbing kami di lapangan (Sekedar
info: Asdo ini semuanya masih mahasiswa dan mereka kakak tingkat kami sendiri)
cukup beruntung karena salah satu asdos juga ikut – ikutan telat. Jadi ada
penunjuk jalan..
Sebelum berangkat, ternyata anak –
anak cewek yang baik hati tersebut ngasih gue kantong hitam besar, yang isinya
nasi kotak. Man, NASI KOTAK…
“Ini nasi kotaknya” kata salah satu
dari mereka.
“Terima kasih, yah” Jawab gue
sambil menerima nasi kotak tersebut dengan mata yang berbinar – binar.
“untuk?”
“Nasi kotaknya lah”
“ITU UNTUK ASDOS, GOBLOK !”
Gue gagal senang..
Perjalanan memilukan itu pun
dimulai..
Butuh waktu satu jam setengah untuk
kami sampai ke tempat tujuan. Dengan berbagai macam problema yang disebabkan
oleh kondisi jalan. Debu, kerikil, dan lobang – lobang yang menghiasi di setiap
tikungan.
Perjalanan
ini terasa sangat menyedihkan
Sayang
kau tak duduk di sampingku kawan
Banyak
cerita yang mestinya kau saksikan
Di
tanah kering bebatuan
(Backsound: Berita Pada Kawan,
Ebiet G. Ade)
Ketika menginjakan kaki di
perkebunan itu, kami di sambut oleh hamparan hijau kelapa sawit seluas mata
memandang. Luasss banget. Gue sempat nyari – nyari tempat ternyaman untuk buang
hajat sembarangan. Setelah dapat, gue baru sadar.. gue nggak lagi sakit perut.
Di sana, semua rombongan sudah
bersiap – siap dengan alat masing – masing. Ada yang bawa pisau, gunting,
samurai, panah dan bom molotop. INI MAU TAWURAN APA MAU NANGKAP SERANGGA?
Dan salah satu target serangga yang
harus didapatkan antara lain, kupu – kupu, sarang semut, ulat bulu, dan berbagai
macam jenis serangga lainnya… kecuali babi hutan.
Gue mengikuti rombongan dengan
tangan sebelah yang masih memegang kantong besar yang berisi nasi bungkus.
Diantara rombongan – rombongan
tersebut, ada lima orang kakak kelas yang juga ikut praktikum bersama kami
(anak – anak yang ngulang)Masalahnya salah satu dari lima orang tersebut
sekong. Namanya Fitra. Karena dia sekong, jadi dipanggil Fitri. Padahal
tampangnya keren (Upssss) tapi cara dia ngomong dan berjalan itu loh… melambai.
Ini serius..gara – gara itu anak – anak lain jadi sering ngeledekin si Fitri
ini.
Entah lagi sial atau apa, sewaktu
gue lagi kehausan. Dan parahnya, di sana nggak ada tempat untuk beli air minum.
Jangankan warung, sinyal aja hilang. Pas gue mau minta air sama Toha, eh dia
nawarin.
“Aku punya air minum” kata Fitri
dengan logat kemayunya.
“Mana?” Tanya gue.
“Ambil sendiri di tas” Jawab Fitri
sambil ngasihin tasnya ke gue.
Sewaktu gue buka tasnya… You know
what I have? gue menemukan softex. Gue shock. Pengin mati. Tapi, pas gue
tanya..
“Eh, Fit, buat apa lo softex?”
“Biar pantat gue terlihat kembung”
“……..”
AMBIL DI, YAH TUHAN ! AMBIL DIA !!
Sebelum minum gue sempat nanya,
“Nggak ada peletnya, kan?”
Dia Cuma tersenyum najong. “Nggak
tahu” Sambil ngomong dengan logat yang dimanja – manjain. Dasar bencong !
Nah, selesai minum buru – buru gue
kasihin lagi tas Perawan ini. Bukan apa – apa, ntar softexnya hilang gue yang
disalahin.
“Eh.. mau ini nggak?” Kata si
Bencong ini sambil tersenyum mesum.
Di tangannya gue melihat kotak
(Yang – tadinya – gue – kira – itu – permen) ternyata gue salah. Itu kondom.
IYA.. ITU KONDOM. BANGKE !
Ngapain coba ini bencong pake
kondom? Emang bisa hamil?
Gue yakin, kalau pun Darwin masih
ada, beliau punya alasan tersendiri tentang evolusi ini.. Gue yakin..
Hampir setengah jam kita mencari
serangga di daerah tersebut. sementara itu, tanggan gue sudah mulai pegal
karena megang nasi kotak yang sejak tadi gue tenteng – tenteng mondar - mandir.
Pas gue cek, ternyata di dalam
kantong tersebut nasi kotaknya ada lima. Sedangkan, kakak asdosnya yang datang
Cuma empat.Dan kerennya yang tahu jumlah nasi kotak yang ada di dalam kantong
tersebut Cuma gue. Hmmmmm… ini dia..
BERTAHANLAH IMANKU.. BERTAHANLAH..
Hingga, sampailah bisikan setan ke
telingga gue.
“Sembunyikanlah nasi itu satu,
anakku… sembunyikanlah”
“Dada ayam bakar itu pasti lezat,
anakku. Ayo, sembunyikanlah”
Berkali – kali gue melawan bisikan
setan sersebut, sebelum akhirnya…gue tergoda.
Ampunkan aku Tuhan.. Ampunkan aku.
Gue pisahkan nasi bungkus itu satu.
Dan gue masukkan ke dalam tas. Tanpa satu orang pun yang tahu. Karena gue benar
– benar capek, akhirnya gue letakkan nasi bungkus yang tinggal empat itu.
berharap ada yang mau giliran membawanya (Sekalian nyari kambing hitam kalau
kalau ada yang curiga) ternyata nggak ada juga yang mau. Akhirnya gue bawa dan
gue letakkan di motor. Setelah itu, gue melanjutkan mencari serangga.
Kami membuat kelompok dan berpencar di setiap
blok.
Hampir satu jam berlalu. Serangga
yang kami dapatkan pun lumayan. Ada yang dapat laba – laba, sarang semut, ulat
bulu, dan kupu – kupu. Semua serangga yang kita butuhkan hampir semuanya kita
dapatkan. Matahari sudah semakin terik. Wajah – wajah kelelahan sudah terlihat
jelas di raut muka masing – masing, kecuali Toha. Kalau dia emang dari sononye.
Kita semua istirahat dan kembali ke tempat awal sembari menunggu teman – teman
yang lain datang. Sambil menunggu – nunggu itu tiba – tiba si bencong melirik kantong
nasi kotak yang tadi gue tarok.
“Kalian bawa nasi, yah?” tanyanya
dengan logat najis seperti biasa.
“Iya, mau beli?” jawab gue.
“Berapa?”
“15 ribu, mau?”
“Yah udah, aku mau”
Disela – sela negosiasi, muncullah
rombongan Toha, Anwar dan dua orang kakak tingkat lainnya yang juga ngulang.
Selang dua menit, kakak asdos juga muncul. Transaksi pun gagal.
Tiba – tiba salah satu dari mereka ada yang
bilang..
“Eh tadi ada yang bawa nasi, yah?”
“Iya, kak” jawab gue.
“Berapa?”
“Empat”
“Kok Cuma empat?”
Gue diam..
“Kalian gimana?” kata kakak itu
melanjutkan.
“ beli nanti, kak” jawab gue (yang
sudah benar – benar mati kutu)
“Kalau begitu, nasinya untuk kalian
saja” kakak itu melirik anak – anak yang lain. “Tapi makannya nunggu yang lain
sudah datang”
Mendengar itu, serempak gonggongan
– gonggongan wajah – wajah kelaparan berserih. Ada yang ketawa, ada yang guling
– guling di rumput, dan sangking senangnya.. ada yang manjat – manjat kelapa
sawit (terakhir gue baru tahu kalau itu emang orang yang lagi panen kelapa
sawit)
“Makan sekarang aja, yuk” Tiba –
tiba si bencong buka suara lagi.
“Tante” Kata Toha dengan raut muka
yang sudah mau muntah “kita di sini sama – sama capek. Jadi jangan ada yang mau
Kenyang sendirian”
“Mereka sih lama banget” jawab
Fitri manja sambil mengipasi wajahnya dengan tangan.
Tanpa Toha ketahui, perkataannya
tadi terekam jelas di otak gue. sejenak gue merenung. Benar juga apa yang
dibilang Toha, kita di sini sama – sama capek, rasanya terlalu egois kalau gue
makan sendirian nasi kotak yang saat ini sudah gue simpan dalam tas. Kayanya
gue terlalu busuk, terlalu jahat, bahkan terlalu sepeleh untuk menghianati
kebersamaan ini. Yang ada di kepala gue sekarang, kita sama – sama capek dan
kita juga harus sama – sama kenyang. Bukan lagi kita sama – sama capek dan gue
mau kenyang sendirian.
Sepertinya setan jahat di kepala
gue kalah oleh perkataan bijak Toha (Yang mungkin dia sendiri tidak
menyadarinya)
Gue berdiri dari tempat duduk,
mendekati kantong plastik besar yang berisi nasi kotak tadi. Gue pegang dan gue
bawa ke tempat sepi. Di saat semua orang tidak melihat, gue masukkan kembali
nasi kotak yang sudah gue ambil tadi. Di sana tumpah penyesalan yang ada dalam
diri gue. yang ada di pikiran gue Cuma, kok
gue tega yah, hanya karena nasi kotak, gue harus berbohong sama teman – teman
yang sama – sama capek, sama - sama laper. Gue jahat.. gue licik..gue busuk.
Gue nggak layak dapat teman sepeti mereka, seperti kakak asdos yang merelakan
nasinya kami makan, seperti Toha yang bijak, Toha yang hatinya baik. berkali –
kali gue mengutuk kesalahan yang gue perbuat.
Setelah semuanya berkumpul, gue
membawa kantong plastik berisi nasi kotak tadi. Semua teman – teman sudah
berkumpul. Yang memiliki minuman dengan sadar diri mengeluarkannya dan berbagi
ke teman – teman lain yang merasa haus. Gue yang melihat kebersamaan itu Cuma
bisa senyum kecil dan malu pada diri sendiri.
Sewaktu gue buka kantong
plastiknya, gue mendapati kenyataan yang mengejutkan. Ternyata kotak nasinya
memang ada empat. Pertanyaan mulai timbul dalam benak gue, bukankah tadi ada
lima? Setelah gue ambil otomatis tinggal empat. Seharusnya, setelah gue
kembalikan lagi, dia utuh lima lagi. Tapi, kenapa sekarang jadi empat? Berarti
satunya ada yang ngambil.
Karena gue nggak mau
mempermasalahkan masalah itu, akhirnya gue diam saja. Toh, yang lain juga tidak
tahu berapa jumlah nasih kotak yang ada di dalamnya. Yang penting gue sudah berusaha untuk jujur
pada diri gue sendiri.
Tapi, kalau untuk orang yang dicurigai,
si Bencong adalah tersangka utama. Kenapa? Karena dia yang sejak tadi sudah
kelaparan. Dia juga minta makan duluan.
Setelah kita semua makan dengan
berbagi sedikit – sedikit (Bisa di bayangkan empat nasi kotak banding sepuluh
orang) akhirnya kami pulang. Walaupun tidak terlalu kenyang yang penting perut
sudah ada isinya. Dan penghianatan yang hampir gue ciptakan gagal.
Sampainya di kampus, gue nggak
langsung menuju laboratorium seperti anak – anak lainnya. Gue ngajak Toha untuk
minum di kantin kampus. Yah sekedar traktir minum. Hitung – hitung ucapan
terima kasih karena sudah jadi malaikat tanpa KUTANG sayap bagi gue hari
ini.
Di sela – sela obrolan kami, gue
mengutarakan kecurigaan gue terhadapat si Fitri alias Bencong kapal ini sama
Toha.
“Gue curiga sama si Fitri” kata gue
membuka percakapan.
“Kenapa?” jawab Toha sambil
mengeryitkan alis “Nggak baik bro curiga sama orang”
“Bukan gitu” kata gue bingung. “Sebenarnya
nasi kotak itu ada lima”
“Terus?”
“Lo kan tahu sendiri tadi ada
empat. Berarti ada yang ngambil satu”
“Ow..” Jawab Toha datar “Sebenarnya
yang ngambil nasi kotak itu gue”
*JLEB*
“Kok bisa?” tanya gue dengan raut
muka yang benar – benar nggak percaya.
“Apa yang nggak bisa dilakuin oleh
orang yang benar – benar kelaparan?”
“Tapi kan..” gue ngomong dengan
sedikit tertahan, “lo sendiri bilang kalau kita sama – sama capek. Kita sama –
sama lapar. Capek sama – sama kenyang juga harus sama – sama”
Dia nggak bisa jawab pertanyaan
gue, Toha Cuma senyum malu – malu. Senyum yang pada awalnya gue kira itu senyum
malaikat. GEMBEL !
Dari kejadian itu gue cukup senang.
Karena gue baru tahu kalau setan.. ow, tunggu, bukan setan. Lebih tepatnya..
iblis. Iya, iblis. Gue baru tahu kalau Iblis bisa menyamar sebagai malaikat.
Pesan Moral : (Memang ada beberapa orang ) Jika mereka berbuat baik, biasanya ada sesuatu kejahatan yang mereka lakukan.